ARTIKEL
Disusun Sebagai
Tugas
Ujian Tengah
Semester
Dosen Pengampu
: Mahardika Cipta Raharja, S.E., M.Si.
Oleh
AYU PRIHATININGTYAS
NIM. 1717201144
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2018
PENDAHULUAN
Seperti di ketahui manajemen pada
dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan
dengan itu maka manajemen produksi merupakan proses pengambilan keputusan
didalam usaha dengan tujuan untuk
menghasilkan barang atau jasa sehingga sampai sasaran dengan tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dengan
biaya yang efisien, dan manajemen produksi mengkaji pengambilan keputusan dalam
fungsi produksi.
Pelaksanaan
kegiatan manajemen merupakan tanggung jawab manajer yang diartikan sebagai
orang yang bertanggung jawab lebih besar dari pada apa yang dapat dia lakukan
sendiri. Sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam mencapai tujuan
organisasi, sedangkan manajer produksi yang akan menentukan keberhasilan
organisasi perusahaan sebagai produsen yang baik, selanjutnya keberhasilan
usaha suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya ditentukan oleh
kemampuan manajer produksi, serta kemampuan manajer pemasaran dan manajer
keuangan yang mempunyai tugas sendiri-sendiri.
Dalam
melakukan kegiatan produksi ada beberapa faktor yang harus dikelola yang biasa
disebut dengan faktor-faktor produksi yaitu : Material atau bahan, Mesin atau
peralatan, Manusia atau karyawan, Modal atau uang, Manajemen yang akan
menjalankan keempat faktor yang lain. Dengan demikian manajemen operasi
berkaitan dengan pengelolaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga
keluaran (output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen baik
kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya.
PEMBAHASAN
Avanda Brownis yang berada di wilayah Gerduren
merupakan salah satu contoh Home Industy yang menggunakan fungsi
manajemen. Avanda Brownis didirikan oleh pasangan suami istri yang bernama
Bapak Sujianto dan Ibu Siti Muting’ah pada Tahun 2010. Setelah 8 tahun berjalan
industri rumahan tersebut sudah memiliki 5 orang karyawan.
Pada awalnya Ibu Muting (nama panggilan) membuat kue
brownis hanya untuk makanan suguhan apabila ada wali murid yang datang atau
saudara jauh datang, maklum saja beliau adalah seorang pendiri Sekolah TK
Diponegoro 187 Gerduren kec. Purwojati. Namun setelah mendengar komentar yang
bagus dari para menikmat kue yang beliau buat, beliau bersama suami mulai
memikirkan ingin membuat Home Industry di tempatnya karena memang tidak
ada pabrik apapun di daerah tersebut. dan banyak juga Ibu rumah tangga yang
menganggur setiap harinya. Melihat peluang yang ada pasangan suami istri
tersebut mulai membangun bisnisnya dengan nama Avanda Brownis.
Untuk pertama kalinya Ibu Muting membuat kue brownis
yang akan dijual dan beliau bawa ke Sekolah ternyata anak didiknya di TK sangat
antusias membeli kue yang beliau bawa, hal tersebut membuat beliau sangat
bersemangat dalam berjualan dan berproduksi. Keesokan harinya beliau kembali
memproduksi kue dengan rasa dan jumlah yang sama. Beliau melebarkan bisnisnya
dengan mendistribusikan kue tersebut ke warung warung terdekat dan hasilnya
sangat memuaskan dalam 1 hari beliau bisa memproduksi sampai 50 loyang. Hal itu
terus berjalan sampai beberapa bulan akan tetapi setelah 1 tahun beroprasi,
pabrik tersebut mengalami penurunan omset menjadi 35 loyang perhari.
Dari pihak perusahaan mulai bertanya-tanya apa
kesalahan yang mereka lakukan sehingga omset penjualan kue menurun sampai 7.5%
perhari. Setelah ditelusuri kesalahan yang dilakukan oleh pasangan suami istri
tersebut adalah mereka kurang menerapkan konsep manajemen dengan
sungguh-sungguh. Dan perushaan tersebut tidak melakukan adanya inovasi rasa dan
perluasan distibusi wilayah. Mereka hanya mendistribusikan ke warung warung terdekat yang setiap harinya
dikonsumsi oleh masyarakat itu saja, sehingga masyarakat mulai mengalami rasa
bosan dengan rasa yang ditawarkan. Permasalahan inilah yang mengakibatkan
menurunya omset penjualan. Sebagai seorang yang berpengalaman pasangan suami
istri tersebut mencari solusi apa yang tepat untuk usahanya tersebut. Mereka
menemukan titik terang yaitu memulai perencanaan yang matang dengan menambah
berbagai varian rasa dan perluasan distribusi usaha. Kemudian mereka lebih
mendalami lagi tentang konsep manajemen supaya dalam menjalankan usahanya lebih
optimal dan terkontrol.
Kemudian mereka mulai mererapkan 4 fungsi manajemen
yang mereka ambil dari seorang ahli manajemen GR. Terry diantaranya adalah[1]:
1. Perencanaan
(planing) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan
langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan dengan
matang apa saja yang akan menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan
kegiatab yang bermaksud untuk mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian
(organization) yaitu sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan
orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahlianya dalam
keahlian yang sudah direncanakan. Maksudnya adalah mereka merekrut orang-orang
yang akan dijadikan sebagai karyawan sesuai dengan keahliannya masing-masing.
3. Penggerakan
(actuating) yaitu untuk
menggerakan suatu oranisasi agar dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada
dalam organisasi agar pekerjaan atau semua kegiatan yang dilakukan bisa
berjalan sesuai dengan rencana dan bisa mencapai tujuan.
4. Pengawasan
(controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini
sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya
dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang
melenceng dari rencana.
Setelah melakukan pembaharuan sistem dan varian rasa
yang di miliki Avanda Brownis mulai berinovasi. Yang semula hanya ada satu
varian rasa yaitu rasa coklat, kini hadir dengan beberapa rasa anatara lain
adalah, coklat, strawbery, durian, dan ada juga dengan berbagai macam toping antara
lain toping keju, meises seres atau bisa juga di campur. Sekian lama brownis
ini semakain dikenal oleh masyarakat luas karen varian rasa dan harga yang
terjangkau. Masyarakat menengah kebawah juga bisa menikmati kue ini satu box
kue ini dibandrol dengan harga RP. 12.000;-. Atau bisa juga dipotong dengan
harga Rp. 1500 perpotong dari pihak pabrik. Jika dititipkan ke warung perpotong
di dijual dengan harga Rp. 2000.
Sampai saat ini distribusi brownis ini sudah merambah
diluar wilayah Gerduren, Wangon, Jeruklegi dan Lumbir. Dengan omset rasa-rata
perhari yaitu sebesar Rp. 600.000. jika dibandingkan dengan produksi sebelumnya
produksi kali ini sangat memberikan keuntungan yang nyata terbukti dengan
adanya 5 karyawan sampai sejauh ini dengan tugasnya masing-masing.
LAMPIRAN
Contoh Avanda Brownis dengan
rasa coklat.
PENUTUP
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam suatu kegiatan haruslah menggunakan fungsi manajemen supaya dalam
prosesnya dapat berjalan dengan lancaar dan sesuai dengan rencana yang
diharapkan oleh pendiri perusahaan. Dalam hal ini suatu perusahaan pasti menginginkan
perusahaanya terkenal dan mempunyai laba yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Sudaryono, 2017. Pengantar Manajemen Teori dan Kasus. Yogyakarta:
Buku Seru.


Posting Komentar